Senin, 03 Desember 2012
Informasi akuntansi khususnya
informasi laba mampu mempengaruhi pasar baik pasar modal maupun pasar tenaga
kerja khususnya di level manager. Laporan laba rugi merupakan salah satu bentuk
laporan keuangan utama yang menyajikan informasi tentang kinerja entitas pada
periode tertentu. Unsur laporan tersebut adalah pendapatan, biaya, dan laba.
Laporan ini akan tetap dibutuhkan sebagai laporan keuangan utama yang sangat
penting dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang serta untuk
menilai kinerja manajemen.
A. DEFINISI LABA (INCOME)
Secara formal, laba didefinisikan sebagai berikut:
1.
Laba dan keuntungan (income and profit) mengacu pada jumlah
yang berasal dari revenue atau operating revenue dikurang kos barang
yang terjual, biaya-biaya yang lain, dan kerugian (menurut Accounting Terminologi Bulletin atau ATB No. 2).
2. Laba
bersih (net income) adalah kelebihan
(deficit) pendapatan atas biaya dari
suatu periode akuntansi tertentu (menurut APB Statement 4).
3.
Laba komprehensif (comprehensive income) adalah perubahan dalam ekuitas (net asset) dikurangi dengan entitas
selama periode transaksi dan kejadian atau keadaan yang bukan berasal dari
sumber pemilik (menurut FASB-SFAC No. 6).
Definisi yang perama dan kedua
mengacu pada pendekatan revenue-expense.
Penekanannya terletak pada pentingnya standar yang mendefinisikan elemen-elemen
laba rugi serta spesifikasi pengakuan dan pengukurannya. Definisi yang ketiga
mengacu pada pendekatan sumberdaya ekonomi, klaim atas sumber daya dan
nampaknya definisi tersebut manjadi arah yang diambil oleh FASB saat ini dan
yang akan datang.
B. PENDAPATAN (REVENUE) DAN KEUNTUNGAN (GAINS)
Terdapat beberapa pandangan terkait
dengan pendapatan yang ditunjukkan melalui definisi sebagai berikut:
1. Pendapatan
dihasilkan dari penjualan barang atau pemberian jasa dan diukur dengan kos yang
dialokasikan kepada konsumen, klien, atau penyewa atas barang atau jasa yang
diberikan kepada mereka (menurut ATB 2).
2. Pendapatan
merupakan peningkatan bruto dalam sumber daya ekonomi atau penurunan bruto
dalam kewajiban, dan diukur berdasarkan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum serta berasal dari jenis aktivitas yang mengarah pada laba
(menurut APB Statement No. 4).
3.
Pendapatan adalah aliran masuk atau
peningkatan yang lain atas sumber daya ekonomi dari sebuah entitas atau
pelunasan atas kewajiban (kombinasi keduanya) selama periode yang berasal dari
penyerahan atau produksi barang, jasa atau aktivitas yang lain yang merupakan kegiatan
utama suatu entitas (menurut SFAC No. 6).
Keuntungan didefinisikan sebagai
gains, yang bersumber selain dari penjualan produk, barang dagangan, atau
pemberian jasa. Keuntungan akan meningkatkan ekuitas dari transaksi peripheral atau incidental, kecuali yang merupakan hasil dari pendapatan dan
investasi pemilik. Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan merupakan suatu
subyek yang sangat kontroversi. Satu pihak berpendapat bahwa hanya pendapatan
yang seharusnya dilaporkan dalam income
statement. Sedangkan yang kedua berpendapatan bahwa sifat keuntungan (gains) tidak menggambarkan kejadian yang
berulang-ulang dari kegiatan utama suatu entitas. Sebagai aktivitas yang
menghasilkan laba, keuntungan seharusnya dikeluarkan dari laporan laba rugi.
Pihak yang berpendapat bahwa keuntungan tidak dimasukkan dalam laporan laba
rugi berpegangan pada konsep current
operating income. Sebaliknya pihak yang mendukung keuntungan dimasukkan
dalam laba rugi berpegangan pada konsep all
inclusive income. Pendukung ini percaya bahwa pendapatan dan keuntungan
tanpa melihat sumbernya, seharusnya dimasukkan dalam income statement.
C. PENGAKUAN PENDAPATAN
Pengakuan pendapatan dalam
akuntansi pada umumnya didasarkan pada prinsip objektivitas. Dengan kata lain,
harus ada bukti yang cukup objektif untuk dapat mengakuinya sebagai pendapatan.
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan:
1.
Pendapatan baru dapat diakui bilamana
pendapatan itu telah terealisasi atau cukup pasti akan segera terealisasikan.
Pendapatan dan keuntungan dapat dikatakan telah terealisasi bilamana telah
terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa hasil kegiatan suatu entitas
bisnis dengan kas atau klaim untuk menerima kas.
2.
Pendapatan baru dapat diakui bilamana
pendapatan tersebut sudah terhimpun. Pendapatan dikatakan telah terhimpun
bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan secara
substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha berhak untuk menguasai
manfaat yang terkandung dalam pendapatan.
Terdapat empat alternatif yang
berhubungan dengan waktu pengakuan dan pengukuran pendapatan yang digunakan
dalam praktek akuntansi, yaitu:
1. Selama
produksi
2. Pada
saat produksi telah selesai
3. Pada
saat penjualan
4. Ketika
kas diterima
Kendati pengakuan pendapatan telah
dirumuskan, kenyataannya dalam praktek pengakuan pendapatan tetap diakui secara
umum yaitu pada saat penjualan atau ketika legal
title ditransfer. Pendapatan sangat
mungkin diakui selama proses produksi untuk kontrak konstruksi jangka panjang,
yaitu jika perkiraan yang andal terhadap kemajuan produksi atau kemajuan
konstruksi dan informasi biaya yang dikeluarkan untuk melengkapi transaksi
tersebut dapat disusun dan demikian juga dengan asuransinya dapat
diperhitungkan.
Pendapatan dapat diakui pada saat
produk selesai dibuat jika produk tersebut segera dapat dipasarkan atau
direalisasikan pada harga kuota di mana unit produk dapat ditukarkan. Ini
berarti bahwa pendapatan diakui pada titik 0 yang merupakan akhir tahap kegiatan
produksi. Beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai pedoman pengakuan
pendapatan pada saat selesainya produksi adalah sebagai berikut ini:
1. Harga
jual dapat ditentukan dengan cukup tepat.
2. Tidak
diperlukan kegiatan atau beban pemasaran yang berarti untuk menjual produk
tersebut.
3. Harga
pokok produk yang bersangkutan sulit ditentukan.
4. Satuan-satuan
persediaan dapat saling ditukar.
Pendapatan dapat diakui pada saat
kas diterima. Pengakuan seperti ini dilakukan karena kriteria realisasi tidak
sepenuhnya dipenuhi khususnya dalam hal pengukuran pendapatan. Walau transaksi
ini telah terjadi, ketidakpastian pengumpulan kas menjadikan jumlah rupiah yang
diakui sebagai pendapatan menjadi tidak dapat diandalkan sehingga pendapatan
baru diakui setelah kas benar-benar terkumpul.
Akresi sangat erat hubungannya
dengan pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan atau kemajuan produksi
yaitu masalah pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisik atau proses alamiah
lainnya. Akresi tidak dapat diakui sebagai pendapatan karena tidak memenuhi
salah satu dari empat kriteria pengakuan revenue
dan tidak ada sumber ekonomi baru yang masuk ke dalam entitas. Namun, dari sisi
pelaporan laba periodik, tidak diakuinya akresi sebagai pendapatan bukan
berarti informasi tentang adanya akresi tersebut tidak penting karena secara
riil memang ada pertumbuhan dan ada kenaikan nilai dari produk akresi tersebut.
Dengan demikian, tidak keberatan jika akresi tersebut diungkapkan taksiran
nilainya secara akurat dan demikian juga dengan kos yang sudah terhimpun.
Apresiasi secara umum dapat
didefinisikan sebagai selisih nilai pasar yang wajar aktiva suatu entitas
dengan kos (nilai buku dalam hal aktiva tetap yang disusutkan). Dengan cara
apapun menghitungnya, apresiasi bukanlah merupakan pendapatan yang efektif.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa apresiasi tidak menunjukkan atau tidak
mengukur kegiatan operasi suatu entitas dan apresiasi bukanlah hasil suatu
transaksi atau kegiatan produksi. Apresiasi juga tidak menambah aktiva likuid
yang dimiliki oleh suatu entitas yang bisa digunakan untuk membayar hutang
ataupun digunakan untuk membayar deviden kepada para pemegang saham. Jadi,
kedudukan yuridis apresiasi sangat lemah untuk dikatakan sebagai pendapatan.
Apresiasi kadang diperlakukan sebagai keuntungan yang belum terealisasi. Alasan
ini dapat diterima kalau laba dari penjualan aktiva yang didepresiasi tersebut
tetap dianggap sebagai laba terealisasi. Di lain pihak, jika apresiasi hanya
merupakan perubahan dalam tingkat harga umum, maka selama itu pula laba
sebenarnya belum terjadi.
Penghematan kos (cost) seperti halnya potongan pembelian
juga bukan elemen pendapatan. Potongan semacam ini berhubungan dengan proses
pembelian, yaitu proses terjadinya kos pada tingkat yang paling awal. Oleh
karena itu, mengakui pendapatan pada tingkat ini akan sama dengan
mengantisipasi pendapatan semata-mata. Kalau potongan pembelian diakui sebagai
pendapatan yang terealisasi, maka akan nampak janggal dimana suatu entitas
bisnis yang baru berdiri dan belum melakukan produksi dan melakukan penjualan
sudah memperoleh pendapatan melalui proses pembelian bahan. Potongan yang
diperoleh pada periode potongan merupakan pengurang atau penyesuaian kos.
D. BIAYA DAN KERUGIAN (LOSSES)
Dalam pengukuran laba periodik, kos
yang sudah terjadi dipecah menjadi kos periode berjalan (biaya) dan kos periode
masa mendatang (masih tetap merupakan aset). Sebagai pengurang pendapatan,
semua biaya memiliki kedudukan yang sama terhadap pendapatan dan ditandingkan
dengan dasar penandingan yang memuaskan yaitu kelayakan ekonomi bukan kriteria
fisik. Dari gambaran tersebut, biaya dapat didefinisikan sebagai berikut.
a.
Menurut ATB.No.4, biaya dalam arti yang
lebih luas adalah semua cost yang
dibiayakan yang dapat dikurangkan pada revenue.
Definisi tersebut mempergunakan pendekatan revenue-expenses tradisional.
b.
Menurut APB statement No.4, biaya adalah penurunan bruto aset atau peningkatan
bruto dalam liabilities yang diakui
dan diuukur sesuai PABU yang merupakan hasil aktivitas yang berorientasi pada
laba. Definisi tersebut mempergunakan pendekatan revenue-expenses.
c.
Menurut FASB dalam SFAC No, 6 biaya
adalah arus keluar atau penggunaan lain dari harta atau terjadinya kewajiban
(atau kombinasi keduanya) selama satu periode dari penyerahan atau produksi
barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan operasi utama suatu
entitas bisnis. Definisi tersebut menggunakan pendekatan asset-liabilities.
Dalam praktek pengakuan biaya
selalu dilekatkan pada kekuatan pendapatan-biaya yang artinya setiap akan
mengakui biaya maka pikirkan juga akan terbawa pada pendapatan (seperti sudah
merupakan suatu tradisi).
Berbeda halnya dengan kerugian.
Dalam laporan laba-rugi, kerugian ditempatkan pada urutan setelah laba operasi.
Penempatan tersebut menunjukkan bahwa kerugian tidak memiliki hubungan dengan
pendapatan dimana kerugian tersebut terjadi. APB statements No.4 dan FSAC No.6 mendefinisikan kerugian sama seperti
cara mendefinisikan keuntungan. Kerugian merupakan pengurangan aset bersih,
tetapi posisinya tidak seperti biaya atau transaksi capital. Sebagaimana halnya
dengan keuntungan, perbedaan antara biaya dan kerugian tidaklah penting dalam
konsep all inclusive income.
Dalam hubungannya dengan prinsip perbandingan (matching principle), APB statement No.4 mengklasifikasikan kos
atau biaya dalam 3 kategori, yaitu:
a.
Kos yang secara langsung berhubungan
dengan pendapatan dalam suatu periode
b.
Kos yang berhubungan secara tidak
langsung dengan pendapatan dalam suatu periode
c.
Kos yang secara praktek tidak dapat
dihubungkan dengan pendapatan periode manapun
Gambaran di atas merupakan hirarki
yang digunakan dalam penyusunan laporan laba-rugi. Jika mungkin, kos seharusnya
ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan secara langsung dalam periode
pelaporan. Jika suatu hubungan sebab akibat yang langsung tidak ada, maka kos
seharusnya ditandingkan dengan pendapatan dengan cara yang sistematik dan
rasional, dan jika tidak ada hubungan sebab akibat yang tidak langsung, maka
kos dapat diakui sebagai biaya di periode terjadinya.
Untuk kategori yang ke 3 secara
tipikal kategori tersebut tidak memberikan pengakuan yang signifikan. Kos yang
terjadi pada periode terjadinya tidak menyediakan manfaatkan masa depan yang
dapat dilihat sebagai kos pada umumnya. Kos tersebut identik dengan kos yang
terjadi pada periode yang lalu, tetapi lama tidak menyediakan manfaat sehingga
harus dibebankan segera. Gambaran tersebut merupakan kejadian yang relevan dan
umumnya dapat diakui walaupun tidak ada manfaat di masa mendatang.
Contoh : Ketika suatu gedung terbakar, maka kerugian tidak memiliki
manfaat di masa
mendatang.
Terjadinya diakui dengan segera
Kategori pertama dan kedua
benar-benar memberikan masalah pengakuan yang sesungguhnya. Kategori yang
pertama merupakan bentuk aplikasi secara mendasar dari prinsip matching, yaitu menandingkan kos dengan
pendapatan yang dihasilkan. Beberapa perkiraan dalam entitas manufaktur seperti
direct material dan labor hubungannya relatif jelas. Kos
produksi yang lainnya seperti perkiraan overhead membutuhkan alokasi dengan
beberapa dasar. Tidak adanya cara langsung yang menghubungkan antara biaya dan
pendapatan (hubungan sebab akibat), menjadikan kos tersebut harus dihubungkan
dengan periode akuntansi berdasarkan alokasi yang sistematik dan rasional.
Masalah yang utama adalah pengakuan expenses
dan cost yang belum jatuh tempo atau tidak dibiayakan pada periode terjadinya,
tetapi juga tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan pada suatu periode
tertentu.
Standar pengakuan biaya melalui
alokasi yang sistematik da rasional tidak memberikan petunjuk mengenai kejadian
yang berhubungan dengan standar pengakuan pendapatan. Standar pengakuan
pendapatan tidak hanya menentukan jumlah pendapatan yang diakui (sales price), tetapi juga periode dimana
seharusnya pendapatan diakui (period of
sale). Standar pengakuan biaya membantu dalam menentukan jumlah biaya yang
dialokasikan pada tahun-tahun yang akan datang, juga terhadap kos yang
diamortisasi. Standar tersebut bagaimanapun juga tidak menggambarkan bagaimana
aset memberikan manfaat atau kapan manfaat tersebut tersedia.
Kebutuhan untuk mengalokasikan kos
secara sistematis dan rasional untuk beberapa periode tidak dapat dihindarkan
kebenarannya dalam akuntansi. Pengukuran dan pengakuan kejadian ekonomis
didasarkan pada model kos historis yang harus mengalokasikan kos menjadi biaya.
Beberapa contoh biaya ini, biaya depresiasi, biaya pendirian organisasi,
amortisasi goodwill, amortisasi
premium/discount bond, dan metode persediaan digunakan untuk mengalokasikan inventory cost pada cost of good sold. Tidak ada cara yang benar-benar jelas untuk
mengalokasikan cost karena tidak ada
satu metode pun yang superior dari
metode yang lain. Sebagai contohnya, kita dapat menunjukkan secara logis bahwa
depresiasi garis lurus lebih tepat daripada metode depresiasi yang disesuaikan
atau bahwa FIFO lebih tepat daripada LIFO.
E. PENGUKURAN DALAM AKUNTANSI DAN
PERISTIWA MASA DEPAN
Proses
pelaporan dalam akuntansi melibatkan data historis dan kejadian masa lalu yang tidak
bisa dilepaskan dengan masa yang akan datang. Memahami masalah-masalah yang
berhubungan dengan peristiwa di masa depan akan berhasil apabila dapat memahami
sifat asset dan kewajiban. Menurut SFAC No.6, asset merupakan kemungkinan
manfaat masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas bisnis
yang dihasilkan dari transaksi di masa lalu.
F. ASPEK-ASPEK DARI PERISTIWA MASA
DEPAN
Ada beberapa aspek di masa depan yang perlu
diperhatikan karena member pengaruh pada cara penanganan kejadian ekonomis oleh
suatu entitas, antara lain :
1.
Persepsi Terhadap Peristiwa Masa Lalu
Terkadang
pengakuan atas kejadian masa lalu diatur oleh kondisi yang berhubungan dengan
apakah “one event view atau dual event
views”.
2.
Probabilitas
Sifat
Peristiwa Masa Depan
Probabilitas
sifat peristiwa masa depan merupakan masalah utama yang berpengaruh pada
pengakuan suatu kejadian. Banyak pihak yang berpandangan bahwa pengakuan biaya
depresiasi bertujuan untuk menutupi kos operasi asset di masa depan. Dalam
kasus yang berkaitan dengan hutang ditempatkan asumsi bahwa hutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo. Keduanya merupakan permasalahan probabilitas yang tidak
jelas.
3.
Nilai Pasar
Menurut
Beaver (1991), nilai pasar merupakan gudang informasi mengenai kondisi masa
depan yang mengacu pada harga-harga sekuritas yang sering dianggap sebagai
suatu konsensus atas nilai saat ini dari future cash flow securities yang
disesuaikan dengan memasukkan pertimbangan risiko. Namun informasi tersebut
masih mengandung kelemahan, yaitu banyak harga pasar yang berasal dari
perdagangan sekuritas yang kecil atau rendah serta keandalan dari angka-angka
nilai pasar yang dihasilkan.
4.
Konservatisme
Beaver
manyatakan, barangkali diperlukan perbandingan yang menekankan pada pelaporan
konservatisme lewat pelaporan keuangan dengan sumber lain dalam rangka
penyebaran informasi keuangan. Konservatisme dalam akuntansi dapat menambah
keseimbangan informasi keuangan secara menyeluruh untuk para pemakai.
5.
Kondisi Ekonomi Masa Depan
Perubahan
pada kondisi ekonomi di masa depan dapat meningkatkan dan menurunkan nilai
asset yang dimiliki oleh suatu entitas. Jika nilai asset saat ini menurun karena kondisi ekonomi
apakah penurunan tersebut akan dipecahkan dan jika demikian, pada asset mana
pengaruh penurunan tersebut dicatat.
G. LABA ALL-INCLUSIVE VERSUS LABA OPERASI
Para
pendukung laba operasi berpendapat bahwa income statement seharusnya hanya
terdiri dari berbagai perkiraan operating dan perkiraan-perkiraan non operating
yang seharusnya dilaporkan dalam laporan laba ditahan. Sedangkan pendukung
all-inclusive berpendapat bahwa, untuk mempertahankan semua komponen dalam
comprehensive income seharusnya perkiraan non operating dimasukkan ke dalam
income statement, dan laporan laba ditahan seharusnya mencerminkan total laba
yang dilaporkan dalam income statement ditambah dengan distribusi terhadap
deviden sebagai tambahan pada keseimbangan awal dan akhir.
Pendukung current operating
menyatakan bahwa income statement lebih berguna khususnya untuk pengukuran kinerja
(performance) manajemen dan untuk memprediksi kinerja tahun yang akan datang,
dengan syarat yaitu berbagai perkiraan yang tidak memiliki hubungan dengan
keputusan manajemen saat ini harus dikeluarkan. Di sisi yang lain, para
pendukung konsep all-inclusive
menyatakan beberapa alasan terkait dengan dukungan mereka sebagai berikut:
a. Dalam
current operating, manajemen lebih mudah melakukan manipulasi informasi karena
mereka dengan mudah membuat keputusan apakah perkiraan tersebut extraordinary
atau tidak.
b. Pengguna
laporan keuangan mungkin akan salah memahami karena mereka mungkin tidak
menyadari bahwa substansi gain atau loss telah disembunyikan dalam laporan laba
ditahan.
c.
Penyajian akhir semua income dinyatakan
dalam income statement untuk periode yang seharusnya mencerminkan laporan net
income entity untuk periode tersebut. Namun mereka merujuk pada bentuk
klasifikasi yang tepat dalam income statement yang mengijinkan baik untuk
transaksi yang reguler yang terjadinya berulang-ulang (normal) maupun transaksi
yang tidak bisa atau tidak sering terjadi yang disajikan secara terpisah dalam
laporan yang sama.
KESIMPULAN
Laporan laba rugi sangat penting
dalam memprediksi aliran kas di masa datang serta untuk menilai kinerja
manajemen. Laporan ini menyajikan informasi tentang kinerja entitas pada
periode tertentu, di dalamnya menyajikan beban, pendapatan, dan laba. informasi
laba mampu mempengaruhi pasar (pasar modal maupun pasar tenaga kerja) khususnya
di level manager. Pendapatan dihasilkan dari penjualan barang atau pemberian
jasa, merupakan peningkatan bruto dalam sumber daya ekonomi atau penurunan
bruto dalam kewajiban, dan aliran masuk atau peningkatan yang lain atas sumber
daya ekonomi dari sebuah entitas atau pelunasan atas kewajiban. Pengakuan
Pendapatan menggunakan prinsip objektivitas, yaitu ada bukti objektif untuk
dapat mengakuinya. FASB menetapkan 2 kriteria dalam mengakui pendapatan, yaitu
pendapatan baru dapat diakui bila pendapatan telah terealisasi atau cukup pasti
akan segera terealisasikan, dan pendapatan baru dapat diakui bila pendapatan
tersebut sudah terhimpun. Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan menjadi subyek
yang sangat kontroversi, ada yang menganggap keuntungan tidak perlu dimasukkan
dalam laporan laba-rugi (konsep al-
inclusive) dan pendapat sebaliknya mengacu pada konsep current operating).
Dalam praktek pengakuan biaya
selalu dilekatkan pada kekuatan pendapatan-biaya yang artinya setiap akan
mengakui biaya maka pikirkan juga akan terbawa pada pendapatan. Sedangkan
kerugian dalam laporan laba-rugi ditempatkan pada urutan setelah laba operasi.
Penempatan tersebut menunjukkan bahwa kerugian tidak memiliki hubungan dengan
pendapatan dimana kerugian tersebut terjadi. Sementara itu proses pelaporan
dalam akuntansi melibatkan data historis dan kejadian masa lalu yang tidak bisa
dilepaskan dengan masa yang akan datang.
Aspek-aspek dari peristiwa di masa depan diantaranya, persepsi terhadap
peristiwa masa lalu, probabilitas sifat
peristiwa masa depan, nilai pasar, konservatisme, dan kondisi ekonomi masa depan.
DAFTAR PUSTAKA:
Putra
Astika, I.B. 2011. Konsep Dasar Akuntansi Keuangan Denpasar:
Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana
Ekonomi Universitas Udayana
Label: Teori Akuntansi