Senin, 29 Oktober 2012
DESKRIPSI TEORI
Teori
adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Teori yang
digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah
teori subtanti, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan
diteliti.Teori berfungsi untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang akan diteliti, untuk merumuskan hipotesis dan menyusun
instrumen penelitian, mencandra dan membahas hasil penelitian dengan memberikan
saran dalam upaya pemecahan masalah.
LANGKAH-LANGKAH
MENDESKRIPSIKAN TEORI
Langkah-langkah dalam
mendeskripsikan teori
1.
Tetapkan
nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2.
Mencari
sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti
3.
Melihat
daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti.
4.
Cari
definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan
5.
Baca
seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa snediri tentang isi
setiap sumber data yang dibaca
6. Deskripsikan teori-teori yang telah
dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.
KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara
teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka Berfikir yang
dibuat merupakan penjelasan sementara tehadap gejala-gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kerangka berfikir yang baik apabila memuat :
1.
Variabel
yang akan diteliti harus dijelaskan
2.
Harus
dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang
diteliti dan ada teori yang mendasari
3.
Dapat
menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau
negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif
4. Perlu dintanyakan dalam bentuk diagram
LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN KERANGKA BERFIKIR
Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis
memerlukan 6 (enam) langkah (Sugiono, 2000) sebagai berikut:
1.
Menetapkan
variabel yang diteliti
2.
Membaca
buku dan hasil penelitian
3.
Mendeskripsikan
teori dan hasil penelitian
4.
Analisis
kritis terhadap teori dan hasil penelitian
5.
Analisis
komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
6. Sintesa atau kesimpulan.
HIPOTESIS
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang
memerlukan pengujian lanjut terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji
kebenaran hipotesis dilakukanlah pengumpulan data. Hipotesis dikatakan baik
jika sederhana, bisa menerangkan fakta, mempertimbangkan semua fakta yang
relevan, masuk akal, berkaitan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dari hasil
pengkajian, serta dapat diuji. Dikatakan sederhana dalam arti dapat diuji
secara induktif melalui teknik analisis statistik.
Langkah-langkah
pengujian Hipotesis:
1.
Merumuskan
Ho dan Ha dengan jelas sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
2.
Memilih
uji statistik yang sesuai dengan asumsi sebaran populasi dan skala pengukuran
data.
3.
Menetapkan
taraf signifikanan α.
4.
Menghitung
statistik uji berdasarkan data. Mengganti peubah acak dengan nilai-nilai
pengamatan yang telah diperoleh.
5.
Menentukan
nilai kritis dan daerah kritis pengujian.
6.
Membuat
kesimpulan dengan jalan membandingkan nilai statistik dengan nilai kritis.
BENTUK-BENTUK HIPOTESIS
Menurut bentuknya,
Hipotesis dibagi menjadi tiga yaitu:
1.
Hipotesis
penelitian
Hipotesis
penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang
dikaji. Dalam Hipotesis ini peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian
akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan
data yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
2.
Hipotesis
operasional
Hipotesis
operasional merupakan Hipotesis yang bersifat obyektif, artinya peneliti
merumuskan Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi
juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa Hipotesis penelitian yang dibuat belum
tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti
memerlukan Hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara
teknis disebut Hipotesis nol (H0). H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan
pada Hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar
atau salahnya Hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya
selama melakukan penelitian.
3.
Hipotesis
statistik
Hipotesis statistik merupakan jenis
Hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini
dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk
angka-angka (kuantitatif).
Tahap-Tahap Pembentukan
Hipotesis Secara Umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya
sebagai berikut:
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan
ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat
tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam
proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan
masalah.
2.
Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal
bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa
hipotesa preliminer, pengamatan
tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat
digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah
yang dihadapi.Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang
besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.
Formulasi
hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau
intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa
diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai
contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah
apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya
bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang
dikenal dengan hukum gravitasi.
5.
Pengujian
hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang
dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha
menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana
usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang
dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering
mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan
menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok
dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
MERUMUSKAN HIPOTESIS
Terkait dengan rumusan masalah penelitian
berdasarkan tingkat eksplanasinya yaitu rumusan masalah dalam bentuk masalah
deskriptif, komparatif, atau asosiatif, maka hipotesis dibedakan ke dalam tiga
bentuk yaitu:
1.
Hipotesis
deskriptif yaitu jawaban sementara terhadap masalah deskriptif.
1)
Untuk
menguji satu sampel bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik
binomial dan chi kuadrat satu sampel.
2)
Untuk
menguji satu sampel bila datanya ordinal maka digunakan teknik statistik run
test.
3)
Untuk
menguji satu variabel bila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan
t-test satu sampel.
2.
Hipotesis
komparatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
1)
Untuk
menguji hipotsis dua sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk nominal
digunakan teknik statistik McNemar.
2)
Untuk
menguji dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik
statistik Sign Test dan Wilcoxon matched pairs.
3)
Untuk
menguji dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan t-test
dua sampel
4)
Untuk
menguji dua sampel independen bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik
statistik adalah Fisher exact probability dan Chi kuadrat dua sampel.
5)
Untuk
menguji dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik
statistik Median Test, Mann-Whitney U Test, kolmogorov smirnov, dan
Wald-Wolfowitz.
6)
Untuk
menguji k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik
statistik Chocran Q.
7)
Untku
menguji k sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik
statistik Friedman Two-way Anova
8)
Untuk
menguji sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan
analisis varians satu jalan maupun dua jalan
9)
Untuk
menguji k sampel independen bila datanya berbentuk nominal, digunakan teknik
statistik Chi Kuadrat k sampel
10)
Untuk
menguji k sampel independen bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik
statistik median statistik dan Kruskal-Wallis One Way Anova
3.
Hipotesis
asosiatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif yang
menanyakan hubungan anatara dua variabel atau lebih.
1)
Untuk
menguji hubungan bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik
korelasi Spearman rank dan korelasi Kendal Tau
2)
Untuk
menguji bila datanya berbentuk interval atau ratio, digunakan: Korelasi Produk
Moment, korelasi parsial, dan analisi regresi.
Label: Metodologi Penelitian