Senin, 29 Oktober 2012

POPULASI DAN SAMPEL


1.      Populasi
Dalam membuat sebuah penelitian, kita harus mengetahui objek yang akan diteliti dan menentukan populasi serta sampel dari objek penelitian tersebut. Populasi merupakan generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007:61).
Populasi adalah gambaran keseluruhan dari yang akan kita teliti, bukan hanya untuk orang atau manusia, tetapi juga dapat berupa obyek dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari tersebut, namun meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimilikioleh subyek atau obyek tersebut.

2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka kita dapat dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili).
Ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan dalam mengambil sampel dari sebuah penelitian, antara lain :
a.    Probability Sampling : teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Meliputi : Simple Random Sampling (Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dilakukan bila populasi dianggap homogen), Proportionate Stratified Random Sampling (Bila populasi memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata proposional), Disproportionate Stratified Random Sampling (Digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tapi kurang proporsional), Cluster Sampling(Teknik sampling area digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten).
b.    Nonprobability Sampling : teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Meliputi : Sampling Sistematis (teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut), Sampling Kuota (teknik menentukan sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan), Sampling Aksidental (teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel), Sampel Jenuh (Teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sering dilakukan bila populasi relatif kecil), Snowball Sampling (teknik penentuan sampel yang awalnya berjumlah kecil kemudian membesar)

3.      Penelitian Berdasarkan Sampel dan Sensus
Arikunto (1998:125) mengatakan bahwa sebagai ancer-ancer, jika peneliti mempunyai beberapa ratus subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari subyek dalam populasi. Sementara apabila jumlah subyeknya sekitar 100-150 dan metode pengumpulan data dengan menggunakan angket/kuisioner, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk menggunakan semua subyek atau dengan kata lain menggunakan penelitian sensus.
Mengenai sensus, Ruslan (2008:142) mengatakan bahwa alasan melakukan penelitian berdasarkan sensus, peneliti sebaiknya mempertimbangkan untuk meneliti seluruh elemen dari populasi, jika elemen populasi relative sedikit dan variabilitas setiap elemennya tinggi (heterogen). Sensus lebih layak dilakukan jika penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari populasi.
Sebaliknya, beberapa faktor yang menjadi alasan kenapa peneliti melakukan penelitian sampel daripada sensus (populasi) adalah :
a.       Jika jumlah elemen populasi-nya terlalu banyak, peneliti tidak akan mungkin mengumpulkan seluruhnya karena butuh tenaga dan biaya yang relatif mahal.
b.      Kualitas data yang dihasilkan oleh penelitian sampel seringkali lebih baik dibandingkan dengan hasil sensus.
c.       Proses penelitian sampel relatif lebih cepat.
d.      Alasan lain, adalah jika dilakukan penelitian yang memerlukan pengujian yang bersifat merusak.
4.      Kriteria Sampel yang Baik
Sampel yang baik yang memenuhi dua buah kriteria sebagai berikut ini.
a.       Akurat
Sampel yang akurat (accurate) adalah sampel yang tidak bias. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan akurat dari sampel sebagai berikut:
· Pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat Misalnya akan dibuat dua buah grup, yaitu grup pertama adalah grup yang berisi perusahaan- perusahaan yang mengalami financial distress dan grup kedua berisi dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengalaminya. Leverage dipilih sebagai proxy untuk financial distress. Jika leverage tidak dapat membedakan perusahaan distress dan perusahaan yang tidak distress, maka proksi tersebut adalah tidak akurat.
· Menghindari bias di seleksi sampel
· Pemilihan sampel yang bias (sample selection bias) akan membuat sampel tidak akurat.
Contoh: Untuk menghindari bias ini, peneliti tidak hanya menggunakan sampel perusahaan besar yang tercatat di NYSE saja, tetapi juga menggunakan perusa¬haan kecil yang tercatat di NASDAQ, sehingga hasilnya tidak dicurigai karena memang berasal dari sampel perusahaan yang besar saja.
· Menghindari bias hanya di perusahaan-perusahaan yang bertahan
Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan perusahaan-perusahaan yang bertahan (survivorship bias) akan membuat sampel tidak akurat
b.      Presisi
Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error) yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error) adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standard erro of estimate. Semakin kecil standard error of estimate semakin tingg presisi sampelnya. Presisi dapat ditingkatkan dengan jumlah sampelnya. Semakin besar jumlah sampelnya, semakin kecii kesalahan standar estimasinya.

5.      Ukuran Sampel
Ukuran sample tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya ialah:
a.       Homogenitas unit-unit sample, secara umum semakin mirip unit-unit sampel; dalam suatu populasi semakin kecil sample yang dibutuhkan untuk memperkirakan parameter-parameter populasi.
b.      Kepercayaan, mengacu pada suatu tingkatan tertentu dimana peneliti ingin merasa yakin bahwa yang bersangkutan memperkirakan secara nyata parameter populasi yang benar. Semakin tinggi tingkat kepercayaan yang diingnkan, maka semakin besar ukuran sample yang diperlukan.
c.       Presisi, mengacu pada ukuran kesalahan standar estimasi. Unutk mendapatkan presisi yang besar dibutuhkan ukuran ssmpel yang besar pula.
d.      Kekuatan Statsitik, mengacu pada adanya kemampuan mendeteksi perbedaan dalam situasi pengujian hipotesis. Untuk mendpatkan kekuatan yang tinggi, peneliti memerlukan sample yang besar.
e.      Prosedur Analisa, tipe prosedur analisa yang dipilih untuk analisa data dapat juga mempengaruhi seleksi ukuran sample.
f.        Biaya, Waktu dan Personil: Pemilihan ukuran sample juga harus memeprtimbangkan biaya, waktu dan personil. Sample besar akan menuntut biaya besar, waktu banyak dan personil besar juga.

 Setelah kita mengetahui teknik sampling masalah berikutnya yang biasanya menyita pemikiran kita adalah terkait dengan berapa sampel yang kita ambil sehingga bisa representatif untuk mewakili populasi. Ada beberapa orang yang percaya bahwa sampel minimal adalah 30 orang untuk dapat menggunakan ststistik parametrik, namun keyakinan ini belum ada dasar yang kuat.
Sementara untuk menentukan jumlah sampel yang representatif sebenarnya telah ada formula untuk menghitung jumlah sampel atau kita bisa menggunakan tabel besaran sampel berdasarkan nilai koefisien alpha yang ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
Ada bermacam – macam cara untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi, baik untuk ukuran populasi yang diketahui maupun yang tidak diketahui (atau terlalu besar).
·           Rumus Slovin
Untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus slovin.
·           Cara Interval Taksiran
Jika ukuran populasi tidak diketahui atau sangat besar, maka rumus yang dipakai yakni rumus untuk menaksir parameter µ dan parameter P. Alat analisis yang digunakan untuk menyesuaikan sampel adalah alat analisis Chi-Square yang menuntut jumlah observasi tertentu.
Menaksir parameter rata – rata
X – Za/2 ( σ/√n) < µ < X + Za/2 (σ/√n)
Menaksir parameter proporsi
P ± Za/2 √(p.q/n)

·           Menggunakan rumus Taro Yamane:
Keterangan:
n  = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = level signifikansi atau alpha yang diinginkan (umumnya 0,05 untuk bidang non-eksak dan 0,01 untuk bidang eksakta).

Contoh Penerapannya
Penerapan teknik pemilihan sampel biasanya dilakukan untuk membuat penelitian/riset terhadap suatu kelompok objek yang akan diteliti penerapanya tersebut dapat berupa kuisioner, wawancara dll

6.      Sumber Kesalahan Sampel
Secara umum didapati adanya beberapa sumber kesalahan dalam pengambilan sampel. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah:
a.       Variasi Acak (Random Variation)
Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum dijumpai. Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik supermarket tertarik untuk menghitung rata-rata pendapatan per rumah tangga dalam suatu daerah tertentu. Informasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di daerah tersebut. seandainya dalam pelaksanaan pengambilan sampelnya, yaitu dalam pemilihan suatu sampel acak rumah tangga diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.250 juta per tahun untuk daerah tersebut, dalam hal ini kita bisa saja bercuriga bahwa sampel yang diambil mengandung kesalahan pendugaan, yakni secara kebetulan semua sampel yang dipilih mungkin berada dalam kelompok yang berpendapatan tinggi. Untuk kasus-kasus yang demikian hadirnya kesalahaan pendugaan agak mudah terdeteksi bila informasi yang diperoleh jelas meragukan, namun jika kesalahan pendugaan tidak begitu besar, tentunya kesalahan yang muncul menjadi sulit terdeteksi sehingga pada akhirnya informasi yang diperoleh akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru.
Sebagai contoh, jika dari pengambilan sampel untuk kasus yang sama diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.10 juta (yang dalam hal ini mungkin masih dianggap tinggi tetapi dapat dipercaya), maka berdasarkan rata-rata pendapatan rumah tangga yang dianggap cukup tinggi itu, pemilik supermarket boleh jadi secara keliru mengasumsikan bahwa didaerah tersebut terdiri dari sangat sedikit keluarga yang berpendapatan sedang sampai rendah sehingga pemilik supermarket tersebut memutuskan untuk tidak memasarkan lini produk yang murah yg dianggap lebih menarik bagi mereka yang berada dalam komunitas yang berpendapatan sedang hingga lebih rendah. Dalam kaitannya dengan kesalahan yang ditimbulkan oleh variasi acak, peneliti hanya dapat meminimumkan munculnya kesalahan yang disebabkan oleh variasi acak dengan memilih rancangan penarikan sampel yang tepat.
b.      Kesalahan spesifikasi (mis-specification of sample subject)
Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum dijumpai dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum. Sebagai contoh, populasi sebenarnya yang hendak dipelajari untuk servei pemilihan terdiri dari mereka yang akan memililih pada hari pemilihan, namun survei pemilihan umum biasanya secara khas mengambil opini dari pendapat para pemilih yang terdaftar, walaupun dalam kenyataannya banyak diantara mereka tidak akan memilih pada hari pemilihan umum. Kesalahan spesifikasi dapat juga muncul karena daftar unsur populasi (population frame) yang tidak benar, informasi yang tidak benar pada buku catatan inventori, pemilihan anggota sampel yang keliru (seperti misalnya melakukan penggantian responden yang dituju dengan tetangga jika responden yang seharusnya ditemui tidak berada di tempat), sensivitas pertanyaan, kesalahan dalam pengumpulan informasi tentang sampel yang disebabkan oleh bias pewancara yang disengaja atau tidak disengaja, atau kesalahan-kesalahan dalam memproses informasi sampel. Bila diperhatikan nampak bahwa semua kasus yang disebutkan tersebut sebenarnya dapat dikendalikan; namun dalam kasus-kasus lainnya seperti misalnya kesalahan pengukuran dimensi kayu gelondongan atau kayu papan yang mengembang bersamaan dengan menumpuknya kelembaban penyebabnya tidak dapat dikendalikan.
Kesalahan yang disebabkan oleh salah spesifikasi populasi juga umum terjadi dalam survei pemilihan konsumen, dengan contoh umumnya hanya terdiri dari para ibu rumah tangga tidak menyertakan kaum laki-laki, wanita yang bekerja dan mahasiswa karena keadaan mereka yang relatif tidak memungkinkan terjangkau.
Untuk meminimumkan peluang munculnya kesalahan yang disebabkan oleh salah spesifikasi, peneliti dapat membuat pernyataan yang sangat hati-hati tentang tujuan survei pada permulaan studi, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang unsur-unsur yang membentuk populasi. Yang terpenting dari semua ini peneliti harus sangat hati-hati dalam mengungkapkan kesimpulan tentang populasi aktual darimana informasi sampel ditarik dan bukan menurut kondisi populasi lainnya yang jauh lebih menarik, yang barangkali hanya dalam bentuk konseptual.
c.       Kesalahan penentuan responden
Sumber kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah disebabkan oleh kesalahan penetapan responden dari beberapa anggota sampel. Pada umumnya para peneliti mengasumsikan bahwa responden dan nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa dari populasi padahal sebenarnya ini merupakan kasus yang jarang terjadi. Sebagai contoh dalam survei konsumen yang menjadi nonresponden umumnya adalah kaum pekerja dan responden biasanya adalah ibu rumah tangga, dalam survei pendapat umum nonresponden (mereka yang menyatakan ‘tidak punya pendapat’) biasanya adalah anggota-anggota sampel yang sudah sangat mapan, yang pada umumnya lebih menyukai hal-hal seperti apa adanya. Peneliti dapat memiliki efek yang jauh lebih langsung terhadap keslahan akibat ketidaktepatan penentuan responden. Usaha-usaha yang berkesinambungan dapat dilakukan untuk mencari responden yang tepat atau dalam kasus-kasus tertentu responden dapat digantikan dengan yang lain yang dipilih secara acak.
Dalam kaitannya dengan kesalahan sampling, pengalaman adalah petunjuk terbaik untuk digunakan dalam mengenali sumber kesalahan dalam survei sampling. Para individu atau badan yang merancang atau melakukan berbagai survei dari tipe tertentu (misalnya pendapat umum, penelitian pasar, audit persediaan dan sebagainya) mengembangkan reputasi untuk mengantisipasi adanya kemungkinan perangkap tertentu yang mungkin ada dalam survei. Atas dasar pengalaman yang diperoleh, mereka akan lebih mampu merancang sampling dan metode survei untuk menghindari sumber bias dan kesalahan umum yang dapat dikendalikan sekaligus meminimumkan dampak dari sumber kesalahan yang tidak dapat dikendalikan.
d.      Kesalah karena ketidaklengkan cakupan daftar populasi (coverage error).
Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah ketersediaan daftar unsur populasi (population frame) lengkap yang relevan. Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error) timbul karena ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi. Kondisi tersebut menjadikan individu anggota kelompok tersebut tidak berpeluang untuk terpilih sebagai sampel dan mengakibatkan bias dalam pemilihan. Pelaksanaan pengambilan sampel dalam kondisi demikian hanya akan menghasilkan dugaan karakteristik dari populasi sasaran (target population), bukannya karakteristik dari populasi yang sebenarnya (actual population).
e.       Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)
Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survey. Pengalaman menunjukkan bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas dan bawah cenderung kurang merespon survey dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas menengah. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (nonresponse error) muncul dari kegagalan untuk mengumpulkan data dari semua individu dalam sampel. Dengan pertimbangan bahwa jawaban dari individu sampel yang tidak merespon belum tentu sama dengan jawaban individu sampel yang merespon, sangatlah penting untuk menindaklanjuti tanggapan responden yang tidak member respon atau yang merespon tetapi tidak secara lengkap setelah suatu priode waktu tertentu. Beberapa upaya dapat dicoba (misalnya melalui surat atau telepon) untuk meyakinkan responden yang demikian agar mereka berkenan merubah pendiriannya. Bila upaya tersebut membuahkan hasil, informasi tambahan yang diperoleh dapat digabungkan dengan informasi awal yang mereka berikan untuk meyakinkan validitas hasil survey.
f.       Kesalahan penarikan sampel (sampling error)
Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi. Meskipun demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan besaran suatu karakteristik populasi yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya. Dalam hal ini kesalahan penarikan sampel (sampling error) mencerminkan keheterogenan tau peluang munculnya perbedaan dari satu sampel dengan sampel yang lain karena perbedaan individu yg terpilih dari berbagai sampel tersebut. sampling error dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran sampel meskipun upaya ini mengakibatkan peningkatan biaya survey.
g.      Kesalahan pengukuran (Measurement error)
Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang berguna. Data yang diperoleh harus valid dan respon yang benar harus terukur. Permasalahan yang sering timbul adalah ternyata lebih mudah membicarakan bagaimana memroleh pngukuran yang bermakna daripada melaksanakannya. Fakta membuktikan bahwa pengukuran seringkali dijalankan dengan banyak kemudahan. Pokok-pokok yang seharusnya ditanyakan pun sering kali tidak tercakup secara lengkap. Dengan demikian pengukuran yang diperoleh seringkali hanya berupa suatu pendekatan dari karakteristik yang ingin diketahui. Kesalahan pengukuran merujuk pada ketidakakuratan dalam mencatat respon yang diberikan responden karena kelemahan instrument dalam meilikih pokok pertanyaan, ketidakmampuan sipenanya ataupun karena pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan jawaban responden.

7.      Tahap Pemilihan Sampel
Agar diperoleh sampel yang representatif peneliti perlu menggunakan prosedur pemilihan sampel yang sistematis. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a.       Mengidentifikasi populasi target
b.      Memilih kerangka pemilihan sampel
c.       Menentukan metode pemilihan sampel
d.      Merencanakan prosedur penentuan unit sampel
e.       Menentukan ukuran sampel
f.       Menentukan unit sampel

8.      Metode Pengambilan Sampel
a.       Metode Pemilihan Sampel Probabilitas
Pengambilan sampel probabilitas/acak adalah suatu metode pemilihan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari beberapa cara pengambilan sampel dengan metode ini, tiga diantaranya adalah sebagai berikut:
·      Cara acak sederhana (Simple Random Sampling)
Pengambilan sampel dengan teknik ini terdiri dari beberapa cara, salah satu diantaranya adalah cara sistematis/ordinal. Cara sistematis/ordinal merupakan teknik untuk memilih anggota sampel melalui peluang dan teknik dimana pemilihan anggota sampel dilakukan setelah terlebih dahulu dimulai dengan pemilihan secara acak untuk data pertamanya.
·      Cara Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Suatu populasi yang dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu dikelompokan dalam beberapa sub-populasi, sehingga tiap kelompok akan memiliki anggota sampel yang relatif homogen (keragaman antar populasi tinggi sedangkan antar strata/sub-populasi rendah). Lalu dari tiap sub-populasi ini secara acak diambil anggota sampelnya.
·      Cara Cluster (Cluster Sampling)
Merupakan teknik pengambilan sampel dari beberapa kelompok populasi secara acak, kemudian mengambil semuanya atau sebagian dari setiap kelompok yang terpilih untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel cluster mirip dengan cara stratifikasi, bedanya jika cara stratifikasi menghasilkan kelompok yang unsur – unsurnya homogen maka dengan cara cluster unsur – unsurnya menjadi heterogen.
b.      Metode Pemilihan Sampel Non-probabilitas
Dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini juga sering disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan, karena dalam pelaksanaanya pe-riset menggunakan pertimbangan tertentu.
Berikut ini lima macam teknik sampling non-probabilitas :
·      Cara Keputusan (Judgment Sampling)
Sampling diambil berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Cara ini lebih cocok dipakai pada saat tahap awal studi eksploratif.
·      Cara Dipermudah (Convinience Sampling)
Sampel dipilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Penggunaan sampling ini biasa digunakan pada awal penelitian eksploratif untuk mencari kondisi awal yang menarik.
·      Cara Kouta (Quota Sampling)
Quota Sampling adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang diinginkan, teknik ini sangat mudah dan cepat digunakan namun penentuan sampel cenderung subyektif.
·      Cara Bola Salju (Snowball Sampling)
Cara ini adalah teknik penentuan sampel yang mula – mula jumlahnya kecil namun kemudian sampel diajak untuk memilih responden lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya hingga jumlah sampel menjadi banyak.
·      Area Sampling
Pada prinsipnya cara ini menggunakan “perwakilan bertingkat”. Populasi dibagi atas beberapa bagian populasi, dimana bagian populasi ini dapat dibagi – bagi lagi.







DAFTAR PUSTAKA

Umar, Husein.2002.Metode Riset Bisnis.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
http://andika-lalu.blogspot.com/2011/06/sampel-di-dalam-metodologi-penelitian.html
http://tesisdisertasi.blogspot.com/2011/03/menentukan-sampel-penelitian-sensus.html


0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates