Senin, 29 Oktober 2012
1.
Populasi
Dalam
membuat sebuah penelitian, kita harus mengetahui objek yang akan diteliti dan
menentukan populasi serta sampel dari objek penelitian tersebut. Populasi
merupakan generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007:61).
Populasi
adalah gambaran keseluruhan dari yang akan kita teliti, bukan hanya untuk orang
atau manusia, tetapi juga dapat berupa obyek dan benda-benda alam lainnya.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari
tersebut, namun meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimilikioleh subyek
atau obyek tersebut.
2.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka kita dapat dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif
(mewakili).
Ada beberapa teknik
yang dapat kita gunakan dalam mengambil sampel dari sebuah penelitian, antara
lain :
a. Probability Sampling :
teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Meliputi : Simple Random Sampling
(Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi. Dilakukan bila populasi dianggap homogen),
Proportionate Stratified Random Sampling (Bila populasi memiliki anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata proposional), Disproportionate Stratified
Random Sampling (Digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata
tapi kurang proporsional), Cluster Sampling(Teknik sampling area digunakan
untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti sangat luas, misal
penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten).
b. Nonprobability Sampling
: teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Meliputi : Sampling
Sistematis (teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut), Sampling Kuota (teknik menentukan sampel dari
populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan),
Sampling Aksidental (teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel), Sampel Jenuh (Teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel, sering dilakukan bila populasi relatif kecil),
Snowball Sampling (teknik penentuan sampel yang awalnya berjumlah kecil
kemudian membesar)
3.
Penelitian
Berdasarkan Sampel dan Sensus
Arikunto
(1998:125) mengatakan bahwa sebagai ancer-ancer, jika peneliti mempunyai
beberapa ratus subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih
25-30% dari subyek dalam populasi. Sementara apabila jumlah subyeknya sekitar
100-150 dan metode pengumpulan data dengan menggunakan angket/kuisioner, maka
peneliti dapat mempertimbangkan untuk menggunakan semua subyek atau dengan kata
lain menggunakan penelitian sensus.
Mengenai
sensus, Ruslan (2008:142) mengatakan bahwa alasan melakukan penelitian berdasarkan
sensus, peneliti sebaiknya mempertimbangkan untuk meneliti seluruh elemen dari
populasi, jika elemen populasi relative sedikit dan variabilitas setiap
elemennya tinggi (heterogen). Sensus lebih layak dilakukan jika penelitian
dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari populasi.
Sebaliknya, beberapa
faktor yang menjadi alasan kenapa peneliti melakukan penelitian sampel daripada
sensus (populasi) adalah :
a. Jika
jumlah elemen populasi-nya terlalu banyak, peneliti tidak akan mungkin
mengumpulkan seluruhnya karena butuh tenaga dan biaya yang relatif mahal.
b. Kualitas
data yang dihasilkan oleh penelitian sampel seringkali lebih baik dibandingkan
dengan hasil sensus.
c. Proses
penelitian sampel relatif lebih cepat.
d. Alasan
lain, adalah jika dilakukan penelitian yang memerlukan pengujian yang bersifat
merusak.
4.
Kriteria
Sampel yang Baik
Sampel yang baik yang memenuhi dua buah kriteria sebagai
berikut ini.
a. Akurat
Sampel yang akurat (accurate) adalah sampel yang tidak bias.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan akurat dari sampel sebagai
berikut:
· Pemilihan sampel berdasarkan proksi
yang tepat Misalnya akan dibuat dua buah grup, yaitu grup pertama adalah grup
yang berisi perusahaan- perusahaan yang mengalami financial distress dan grup
kedua berisi dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengalaminya. Leverage
dipilih sebagai proxy untuk financial distress. Jika leverage tidak dapat
membedakan perusahaan distress dan perusahaan yang tidak distress, maka proksi
tersebut adalah tidak akurat.
· Menghindari bias di seleksi sampel
· Pemilihan sampel yang bias (sample
selection bias) akan membuat sampel tidak akurat.
Contoh: Untuk menghindari bias ini, peneliti tidak hanya
menggunakan sampel perusahaan besar yang tercatat di NYSE saja, tetapi juga
menggunakan perusa¬haan kecil yang tercatat di NASDAQ, sehingga hasilnya tidak
dicurigai karena memang berasal dari sampel perusahaan yang besar saja.
· Menghindari bias hanya di
perusahaan-perusahaan yang bertahan
Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan perusahaan-perusahaan yang bertahan (survivorship bias) akan membuat sampel tidak akurat
Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan perusahaan-perusahaan yang bertahan (survivorship bias) akan membuat sampel tidak akurat
b. Presisi
Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error) yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error) adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standard erro of estimate. Semakin kecil standard error of estimate semakin tingg presisi sampelnya. Presisi dapat ditingkatkan dengan jumlah sampelnya. Semakin besar jumlah sampelnya, semakin kecii kesalahan standar estimasinya.
Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error) yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error) adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standard erro of estimate. Semakin kecil standard error of estimate semakin tingg presisi sampelnya. Presisi dapat ditingkatkan dengan jumlah sampelnya. Semakin besar jumlah sampelnya, semakin kecii kesalahan standar estimasinya.
5.
Ukuran
Sampel
Ukuran sample
tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya ialah:
a. Homogenitas
unit-unit sample, secara umum semakin mirip unit-unit sampel; dalam suatu
populasi semakin kecil sample yang dibutuhkan untuk memperkirakan parameter-parameter
populasi.
b. Kepercayaan,
mengacu pada suatu tingkatan tertentu dimana peneliti ingin merasa yakin bahwa
yang bersangkutan memperkirakan secara nyata parameter populasi yang benar.
Semakin tinggi tingkat kepercayaan yang diingnkan, maka semakin besar ukuran
sample yang diperlukan.
c. Presisi,
mengacu pada ukuran kesalahan standar estimasi. Unutk mendapatkan presisi yang
besar dibutuhkan ukuran ssmpel yang besar pula.
d. Kekuatan
Statsitik, mengacu pada adanya kemampuan mendeteksi perbedaan dalam situasi
pengujian hipotesis. Untuk mendpatkan kekuatan yang tinggi, peneliti memerlukan
sample yang besar.
e. Prosedur
Analisa, tipe prosedur analisa yang dipilih untuk analisa data dapat juga
mempengaruhi seleksi ukuran sample.
f.
Biaya, Waktu dan Personil: Pemilihan
ukuran sample juga harus memeprtimbangkan biaya, waktu dan personil. Sample
besar akan menuntut biaya besar, waktu banyak dan personil besar juga.
Setelah kita mengetahui teknik sampling
masalah berikutnya yang biasanya menyita pemikiran kita adalah terkait dengan
berapa sampel yang kita ambil sehingga bisa representatif untuk mewakili
populasi. Ada beberapa orang yang percaya bahwa sampel minimal adalah 30 orang
untuk dapat menggunakan ststistik parametrik, namun keyakinan ini belum ada
dasar yang kuat.
Sementara
untuk menentukan jumlah sampel yang representatif sebenarnya telah ada formula
untuk menghitung jumlah sampel atau kita bisa menggunakan tabel besaran sampel
berdasarkan nilai koefisien alpha yang ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
Ada bermacam – macam
cara untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi, baik untuk ukuran
populasi yang diketahui maupun yang tidak diketahui (atau terlalu besar).
·
Rumus Slovin
Untuk menentukan berapa
minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan
rumus slovin.
·
Cara Interval Taksiran
Jika ukuran populasi
tidak diketahui atau sangat besar, maka rumus yang dipakai yakni rumus untuk
menaksir parameter µ dan parameter P. Alat analisis yang digunakan untuk
menyesuaikan sampel adalah alat analisis Chi-Square yang menuntut jumlah
observasi tertentu.
Menaksir parameter rata
– rata
X – Za/2 ( σ/√n) < µ
< X + Za/2 (σ/√n)
Menaksir parameter
proporsi
P ± Za/2 √(p.q/n)
·
Menggunakan
rumus Taro Yamane:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d
= level signifikansi atau alpha yang diinginkan (umumnya 0,05 untuk bidang
non-eksak dan 0,01 untuk bidang eksakta).
Contoh Penerapannya
Penerapan teknik
pemilihan sampel biasanya dilakukan untuk membuat penelitian/riset terhadap
suatu kelompok objek yang akan diteliti penerapanya tersebut dapat berupa
kuisioner, wawancara dll
6.
Sumber
Kesalahan Sampel
Secara umum didapati adanya beberapa sumber kesalahan dalam
pengambilan sampel. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah:
a. Variasi Acak (Random Variation)
Variasi acak merupakan kesalahan
sampling yang paling umum dijumpai. Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik
supermarket tertarik untuk menghitung rata-rata pendapatan per rumah tangga
dalam suatu daerah tertentu. Informasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai
dasar pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di daerah
tersebut. seandainya dalam pelaksanaan pengambilan sampelnya, yaitu dalam
pemilihan suatu sampel acak rumah tangga diperoleh rata-rata pendapatan rumah
tangga sebesar Rp.250 juta per tahun untuk daerah tersebut, dalam hal ini kita
bisa saja bercuriga bahwa sampel yang diambil mengandung kesalahan pendugaan,
yakni secara kebetulan semua sampel yang dipilih mungkin berada dalam kelompok
yang berpendapatan tinggi. Untuk kasus-kasus yang demikian hadirnya kesalahaan
pendugaan agak mudah terdeteksi bila informasi yang diperoleh jelas meragukan,
namun jika kesalahan pendugaan tidak begitu besar, tentunya kesalahan yang
muncul menjadi sulit terdeteksi sehingga pada akhirnya informasi yang diperoleh
akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru.
Sebagai contoh, jika dari
pengambilan sampel untuk kasus yang sama diperoleh rata-rata pendapatan rumah
tangga sebesar Rp.10 juta (yang dalam hal ini mungkin masih dianggap tinggi
tetapi dapat dipercaya), maka berdasarkan rata-rata pendapatan rumah tangga yang
dianggap cukup tinggi itu, pemilik supermarket boleh jadi secara keliru
mengasumsikan bahwa didaerah tersebut terdiri dari sangat sedikit keluarga yang
berpendapatan sedang sampai rendah sehingga pemilik supermarket tersebut
memutuskan untuk tidak memasarkan lini produk yang murah yg dianggap lebih
menarik bagi mereka yang berada dalam komunitas yang berpendapatan sedang
hingga lebih rendah. Dalam kaitannya dengan kesalahan yang ditimbulkan oleh
variasi acak, peneliti hanya dapat meminimumkan munculnya kesalahan yang
disebabkan oleh variasi acak dengan memilih rancangan penarikan sampel yang
tepat.
b. Kesalahan spesifikasi (mis-specification
of sample subject)
Kesalahan
yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum dijumpai dalam
pengambilan pendapat untuk pemilihan umum. Sebagai contoh, populasi sebenarnya
yang hendak dipelajari untuk servei pemilihan terdiri dari mereka yang akan
memililih pada hari pemilihan, namun survei pemilihan umum biasanya secara khas
mengambil opini dari pendapat para pemilih yang terdaftar, walaupun dalam
kenyataannya banyak diantara mereka tidak akan memilih pada hari pemilihan
umum. Kesalahan spesifikasi dapat juga muncul karena daftar unsur populasi (population
frame) yang tidak benar, informasi yang tidak benar pada buku catatan
inventori, pemilihan anggota sampel yang keliru (seperti misalnya melakukan
penggantian responden yang dituju dengan tetangga jika responden yang
seharusnya ditemui tidak berada di tempat), sensivitas pertanyaan, kesalahan
dalam pengumpulan informasi tentang sampel yang disebabkan oleh bias pewancara
yang disengaja atau tidak disengaja, atau kesalahan-kesalahan dalam memproses
informasi sampel. Bila diperhatikan nampak bahwa semua kasus yang disebutkan
tersebut sebenarnya dapat dikendalikan; namun dalam kasus-kasus lainnya seperti
misalnya kesalahan pengukuran dimensi kayu gelondongan atau kayu papan yang
mengembang bersamaan dengan menumpuknya kelembaban penyebabnya tidak dapat
dikendalikan.
Kesalahan
yang disebabkan oleh salah spesifikasi populasi juga umum terjadi dalam survei
pemilihan konsumen, dengan contoh umumnya hanya terdiri dari para ibu rumah
tangga tidak menyertakan kaum laki-laki, wanita yang bekerja dan mahasiswa
karena keadaan mereka yang relatif tidak memungkinkan terjangkau.
Untuk
meminimumkan peluang munculnya kesalahan yang disebabkan oleh salah
spesifikasi, peneliti dapat membuat pernyataan yang sangat hati-hati tentang
tujuan survei pada permulaan studi, sehingga dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang unsur-unsur yang membentuk populasi. Yang terpenting dari semua
ini peneliti harus sangat hati-hati dalam mengungkapkan kesimpulan tentang
populasi aktual darimana informasi sampel ditarik dan bukan menurut kondisi
populasi lainnya yang jauh lebih menarik, yang barangkali hanya dalam bentuk
konseptual.
c. Kesalahan penentuan responden
Sumber
kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah disebabkan oleh kesalahan
penetapan responden dari beberapa anggota sampel. Pada umumnya para peneliti
mengasumsikan bahwa responden dan nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa
dari populasi padahal sebenarnya ini merupakan kasus yang jarang terjadi.
Sebagai contoh dalam survei konsumen yang menjadi nonresponden umumnya adalah
kaum pekerja dan responden biasanya adalah ibu rumah tangga, dalam survei
pendapat umum nonresponden (mereka yang menyatakan ‘tidak punya pendapat’)
biasanya adalah anggota-anggota sampel yang sudah sangat mapan, yang pada
umumnya lebih menyukai hal-hal seperti apa adanya. Peneliti dapat memiliki efek
yang jauh lebih langsung terhadap keslahan akibat ketidaktepatan penentuan
responden. Usaha-usaha yang berkesinambungan dapat dilakukan untuk mencari
responden yang tepat atau dalam kasus-kasus tertentu responden dapat digantikan
dengan yang lain yang dipilih secara acak.
Dalam
kaitannya dengan kesalahan sampling, pengalaman adalah petunjuk terbaik untuk
digunakan dalam mengenali sumber kesalahan dalam survei sampling. Para individu
atau badan yang merancang atau melakukan berbagai survei dari tipe tertentu
(misalnya pendapat umum, penelitian pasar, audit persediaan dan sebagainya)
mengembangkan reputasi untuk mengantisipasi adanya kemungkinan perangkap
tertentu yang mungkin ada dalam survei. Atas dasar pengalaman yang diperoleh,
mereka akan lebih mampu merancang sampling dan metode survei untuk menghindari
sumber bias dan kesalahan umum yang dapat dikendalikan sekaligus meminimumkan
dampak dari sumber kesalahan yang tidak dapat dikendalikan.
d. Kesalah karena ketidaklengkan
cakupan daftar populasi (coverage error).
Salah satu
kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah ketersediaan daftar unsur
populasi (population frame) lengkap yang relevan. Kesalahan karena
ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error) timbul
karena ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi.
Kondisi tersebut menjadikan individu anggota kelompok tersebut tidak berpeluang
untuk terpilih sebagai sampel dan mengakibatkan bias dalam pemilihan.
Pelaksanaan pengambilan sampel dalam kondisi demikian hanya akan menghasilkan
dugaan karakteristik dari populasi sasaran (target population), bukannya
karakteristik dari populasi yang sebenarnya (actual population).
e. Kesalahan karena ketidaklengkapan
respon (Non response error)
Tidak
setiap responden berkenan merespon suatu survey. Pengalaman menunjukkan bahwa
individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas dan bawah cenderung kurang
merespon survey dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas menengah.
Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (nonresponse error) muncul dari
kegagalan untuk mengumpulkan data dari semua individu dalam sampel. Dengan
pertimbangan bahwa jawaban dari individu sampel yang tidak merespon belum tentu
sama dengan jawaban individu sampel yang merespon, sangatlah penting untuk
menindaklanjuti tanggapan responden yang tidak member respon atau yang merespon
tetapi tidak secara lengkap setelah suatu priode waktu tertentu. Beberapa upaya
dapat dicoba (misalnya melalui surat atau telepon) untuk meyakinkan responden
yang demikian agar mereka berkenan merubah pendiriannya. Bila upaya tersebut
membuahkan hasil, informasi tambahan yang diperoleh dapat digabungkan dengan
informasi awal yang mereka berikan untuk meyakinkan validitas hasil survey.
f. Kesalahan penarikan sampel (sampling
error)
Diyakini
bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi. Meskipun demikian
pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan besaran suatu
karakteristik populasi yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya.
Dalam hal ini kesalahan penarikan sampel (sampling error) mencerminkan
keheterogenan tau peluang munculnya perbedaan dari satu sampel dengan sampel
yang lain karena perbedaan individu yg terpilih dari berbagai sampel tersebut.
sampling error dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran sampel meskipun upaya
ini mengakibatkan peningkatan biaya survey.
g. Kesalahan pengukuran (Measurement
error)
Pada
umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang
berguna. Data yang diperoleh harus valid dan respon yang benar harus terukur. Permasalahan
yang sering timbul adalah ternyata lebih mudah membicarakan bagaimana memroleh
pngukuran yang bermakna daripada melaksanakannya. Fakta membuktikan bahwa
pengukuran seringkali dijalankan dengan banyak kemudahan. Pokok-pokok yang
seharusnya ditanyakan pun sering kali tidak tercakup secara lengkap. Dengan
demikian pengukuran yang diperoleh seringkali hanya berupa suatu pendekatan
dari karakteristik yang ingin diketahui. Kesalahan pengukuran merujuk pada
ketidakakuratan dalam mencatat respon yang diberikan responden karena kelemahan
instrument dalam meilikih pokok pertanyaan, ketidakmampuan sipenanya ataupun
karena pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan jawaban responden.
7.
Tahap
Pemilihan Sampel
Agar diperoleh sampel
yang representatif peneliti perlu menggunakan prosedur pemilihan sampel yang
sistematis. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi
populasi target
b. Memilih
kerangka pemilihan sampel
c. Menentukan
metode pemilihan sampel
d. Merencanakan
prosedur penentuan unit sampel
e. Menentukan
ukuran sampel
f. Menentukan
unit sampel
8.
Metode
Pengambilan Sampel
a.
Metode
Pemilihan Sampel Probabilitas
Pengambilan sampel
probabilitas/acak adalah suatu metode pemilihan sampel dimana setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari
beberapa cara pengambilan sampel dengan metode ini, tiga diantaranya adalah
sebagai berikut:
· Cara
acak sederhana (Simple Random Sampling)
Pengambilan sampel
dengan teknik ini terdiri dari beberapa cara, salah satu diantaranya adalah
cara sistematis/ordinal. Cara sistematis/ordinal merupakan teknik untuk memilih
anggota sampel melalui peluang dan teknik dimana pemilihan anggota sampel
dilakukan setelah terlebih dahulu dimulai dengan pemilihan secara acak untuk
data pertamanya.
· Cara
Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Suatu populasi yang
dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu dikelompokan dalam
beberapa sub-populasi, sehingga tiap kelompok akan memiliki anggota sampel yang
relatif homogen (keragaman antar populasi tinggi sedangkan antar
strata/sub-populasi rendah). Lalu dari tiap sub-populasi ini secara acak
diambil anggota sampelnya.
· Cara
Cluster (Cluster Sampling)
Merupakan teknik
pengambilan sampel dari beberapa kelompok populasi secara acak, kemudian
mengambil semuanya atau sebagian dari setiap kelompok yang terpilih untuk
dijadikan sampel. Pengambilan sampel cluster mirip dengan cara stratifikasi,
bedanya jika cara stratifikasi menghasilkan kelompok yang unsur – unsurnya
homogen maka dengan cara cluster unsur – unsurnya menjadi heterogen.
b.
Metode
Pemilihan Sampel Non-probabilitas
Dengan cara ini semua
elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Cara ini juga sering disebut sebagai pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan, karena dalam pelaksanaanya pe-riset menggunakan
pertimbangan tertentu.
Berikut ini lima macam
teknik sampling non-probabilitas :
· Cara
Keputusan (Judgment Sampling)
Sampling diambil
berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Cara
ini lebih cocok dipakai pada saat tahap awal studi eksploratif.
· Cara
Dipermudah (Convinience Sampling)
Sampel dipilih karena
ada ditempat dan waktu yang tepat. Penggunaan sampling ini biasa digunakan pada
awal penelitian eksploratif untuk mencari kondisi awal yang menarik.
· Cara
Kouta (Quota Sampling)
Quota Sampling adalah
metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota
yang diinginkan, teknik ini sangat mudah dan cepat digunakan namun penentuan
sampel cenderung subyektif.
· Cara
Bola Salju (Snowball Sampling)
Cara ini adalah teknik
penentuan sampel yang mula – mula jumlahnya kecil namun kemudian sampel diajak
untuk memilih responden lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya
hingga jumlah sampel menjadi banyak.
· Area
Sampling
Pada prinsipnya cara ini
menggunakan “perwakilan bertingkat”. Populasi dibagi atas beberapa bagian
populasi, dimana bagian populasi ini dapat dibagi – bagi lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Umar, Husein.2002.Metode Riset Bisnis.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
http://andika-lalu.blogspot.com/2011/06/sampel-di-dalam-metodologi-penelitian.html
http://tesisdisertasi.blogspot.com/2011/03/menentukan-sampel-penelitian-sensus.html
Label: Metodologi Penelitian